Kadang terasa hampir berkeringat darah
Kaki mati rasa karena terlalu lama menopang badan yang mulai merajuk lelah
Hati sepenuh hati berdoa dan bekerja untuk mereka
Tetap saja dijatuhkan
Tetap saja disalahkan
Tetap saja dilupakan semua ketulusan yang diberikan
Tak mengenal alasan apapun
Setitik nila merusak susu sebelanga
Apakah nila memilih jatuh ke belanga itu?
Mungkinkah nila itu sebenarnya tak tau apa-apa bahwa dirinya akan merusak?
Dan aku bukan nila
Hm tak jelas
Walau yang terbaik telah diusahakan
Tapi kita tak hidup sendiri
Ada hal yang tak bisa diputuskan sendiri
Dan kita pribadi dengan berbagai macam noda
Tak ada yang bisa disalahkan
Kalaupun harus ada, salahkan saja aku
Tak apa
Sudah biasa

Kepalaku seakan mau pecah
Tuhan
Bisakah aku hilang ingatan?
Hanya beberapa ingatan
Hari yang berat
Punggung yang pegal
Tangan yang tergores
Hati yang dipaksa menerima caci maki
Mulut yang tak punya hak untuk tak tersenyum
Kaki yang hampir merajuk tak kuat lagi
Untung ada mereka yang mau berbagi tawa, tawa yang sepertinya sedang tak menemukan alasan untuk hadir
Lelah
Dan ada handphone yang tak bersahabat? Dan ada kamu marah karena tak ada kabar dariku?
Lelah
Lempar saja kepalaku dengan batu!

Rindu tawanya yang tak begitu merdu
Rindu candanya yang sering membuatku marah
Rindu nakalnya yang terang-terangan
Rindu mereka
Rindu gundahnya yang membuatku jengkel
Rindu bentaknya yang malah membuatku tak mau menurutinya
Rindu cengengnya yang membuatku ingin mendengar tangisannya semakin kencang
Rindu mereka
Rindu juga pada mereka yang tak pernah bosan menyambutku ketika pulang, menyambut dengan suara tanpa kata
Ya hanya suara berisik tanpa kata
Namun mungkin berisi ribuan cinta dalam sekali gonggongan
Rindu mereka
Haruskah ku pulang?
Rindu rumah
Rindu mereka dan mereka